Rabu, 25 April 2012

Meninggal Sebelum UN



Data yang terkumpul dalam pemantauan pemberitaan terhadap media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya dalam sepekan ini (16 - 22 April 2012) adalah 179 berita. Dari total berita tersebut didapat hasil isu good governance 54,189%, isu kriminalitas 18,435%, isu lingkungan hidup 19,553%, isu perempuan/dan atau anak 7,821%.
Terkait dengan pemberitaan isu good governance, pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SLTA sederajat yang dilaksanankan, Senin 16 - 19 April 2012 kemarin, menjadi isu yang paling hangat dan menjadi focus pembemberitaan dalam beberapa hari sepekan ini. Tercatat dari tanggal 16 hingga 18, kedua media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya nampak meletakan porsi pemberitaan seputar ujian nasional (UN) di halaman depan (headline).

Informasi yang saya peroleh dari kedua media lokal Kabar Banten dan Banten Raya, selama dalam proses pelakasanaan ujian nasional (UN) yang dilaksanakan di sejumlah kota/kabupaten di sekitar Provinsi Banten tanggal 16 – 19 April kemarin, sempat ditemukan beberapa persoalan dalam pelaksanaan ujian Nasional (UN). Mulai dari isu beredarnya kunci jawaban soal ujian nasional (UN) melalui pesan singkat atau short message service (SMS) dan blackberry messenger (BBM), banyaknya peserta UN yang tidak hadir saat pelaksanaan dengan alasan mengundurkan diri, sakit, dan meninggal dunia, serta polemik seputar tentang boleh atau tidaknya siswi hamil untuk mengikuti ujian nasional.

Dikutip dari: Media Kabar Banten
Sementara itu, pelaksanaan UN di tingkat SMA/SMK/MA untuk di daerah Kabupaten Lebak sendiri tercatat ada 60 siswa yang tidak mengikuti UN (Kabar Banten edisi 20 April 2012). Untuk jenjang SMA jumlah terbanyak yakni 27 siswa dengan rincian 23 tanpa keterangan, dua siswa dinyatakan meninggal dunia dan dua siswa sakit. Sementara pada jenjang SMK siswa yang tidak mengikuti UN sebanyak 23 siswa dengan perincian 22 siswa tanpa keterangan dan satu siswa dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan pada jenjang MA siswa yang batal menempuh UN sebanyal 10 orang dengan perincian tujuh siswa tanpa keterangan, satu siswa dinyatakan meninggal dunia dan dua siswa mengalami sakit. Sekretaris pelaksana UN Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Ibnu Wahidin mengatakan, “sebagian besar siswa yang tidak menempuh UN ini dinyatakan sudah mengundurkan diri”.

Membaca bagaimana pemberitaan itu dilayangkan, rasanya ada yang aneh dengan isi pemberitaan tersebut. Bertepatan dengan diadakannya rutinitas tahunan yakni ujian nasional (UN), bersamaan itu pula banyak orang yang meninggal dunia. Rata-rata orang yang meninggal tersebut adalah seorang pelajar yang hendak mengikuti UN. Ironisnya, hampir di setiap jenjang sekolah tingkat SLTA ditemukan ada yang meninggal dunia. Bagi pemantau ini adalah sesuatu yang sangat aneh dan terkesan mendadak. Disamping itu, persoalan tentang sejumlah siswa yang tidak bisa hadir dalam pelaksanaan UN yang dinyatakan sudah mengundurkan diri. Terlintas ini seperti adanya suatu keputusan sepihak yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang jelas sangat memberatkan siswa yang tidak hadir, tanpa terlebih dahulu mencari solusi ataupun sebab dari ketidakhadiran siswa tersebut. Selama sepekan pemantauan tidak ditemukan perilaku menyimpang dari media. 

Rabu, 18 April 2012

Banjir Kampung Muhara Lebak, 14 Januari 2012

Belum Lima Menit



Data yang berhasil terkumpul dalam pemantauan terhadap dua media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya pada pecan ini (9 – 15 April 2012), yakni isu good governance 42,465%, isu lingkungan 39,041%, isu criminal 14,383%, dan isu perempuan/dan atau anak 4,109%  dari 146 total berita. Dari hasil perolehan tersebut, nampak terlihat isu good governance masih menjadi yang palig dominan dalam media pemberitaan. Sementara untuk pemberitaan isu HAM pada minggu ini absen alias tidak ada.

Lebak kota kecil yang tumbuh bersamaan dengan pestanya pemasaran kendaraan dalam bentuk iklan kredit murah, tak bisa lagi dilihat sebagai bentuk kemajuan atau kemunduran. Lebak yang memiliki wilayah yang sangat luas membutuhkan alat transportasi massal bukan pribadi. Namun apa daya, keinginan hasrat  yang tinggi masyarakat akan kendaraan roda dua ini sudah tidak bisa di bendung lagi. Itu dapat terlihat dari, hampir setiap kepala keluarga yang saya jumpai memiliki alat transportasi kendaraan roda dua. Mulai dari kalangan bawah, menengah, hingga kalangan atas. Namun, dibalik merebaknya sirkulasi pasar motor roda dua tersebut, ternyata kerap memunculkan dampak yang tajam pada persoalan kriminalitas di masyarakat. Khususnya untuk kasus pencurian kendaraan bermotor.

Dalam media pemberitaan Kabar Banten edisi 9 April 2012 yang berjudul “ Tiga Menit Ditinggal, Motor Raib”. Dalam artikel tersebut diberitakan seorang warga Malingping M.Mahrus (16) menjadi korban pencurian kendaraan bermotor. Motor kesayangannya yang di simpan di halaman rumahnya raib. Padahal, belum lima menit atau tepatnya sekitar tiga menit korban berada dalam rumah. Begitu pula dengan pemberitaan dalam media Banten Raya, edisi 14 April 2012 tentang penangkapan sepuluh tersangka curanmor oleh polda Banten. Dalam hal ini, Polda Banten melalui Ditreskrimum berhasil menyita sepuluh kendaraan hasil curian.

Dikutip dari: Kabar Banten Edisi 9 April 2012
Memang akhir-akhir ini, Lebak sedang berada dalam situasi rawan kemalingan atau pencurian. Entah itu kendaraan bermotor ataupun barang berharga lainnya yang dianggap memiliki nilai jual. Untuk itu, saya berharap  Kabar Banten ataupun Banten Raya bisa terus menjadi media informasi yang menumbuhkan kewaspadaan pada masyarakat terhadap dampak kriminalitas. Selama sepekan pemantauan tidak ditemukan perilaku menyimpang dari media.

Rabu, 11 April 2012

Warga Kampung Kongsen Terjangkit Chikungunya



Data yang diperoleh dari hasil pemantauan terhadap media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya (2–8 April 2012), menunjukan adanya dominasi isu good governance dengan 46,31%, dan isu lingkungan hidup 42,10%. Kemudian isu kriminalitas 7,36%. Sisanya yaitu isu HAM dan isu perempuan/dan atau anak diperoleh hasil yang sama, yakni 2,10% dari 95 total keseluruhan isu yang terhimpun. Sekedar pemberitahuan, mulai dari tanggal 3 April 2012, media Baraya Post kini sudah beralih nama menjadi Banten Raya.

Hujan deras yang terjadi di Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak dalam beberapa hari sepekan ini, banyak memunculkan persoalan baru dalam isu lingkungan kali ini. Diberitakan dalam media Kabar Banten dan Banten Raya edisi 7 April 2012, seputar madrasah yang diterjang tumpukan tanah longsor. Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun sebagian bangunan dari Madrasah Diniyah Alawiyah yang terletak di Kampung Kandangsapi, Desa Mekarjaya mengalami rusak berat. Sehingga, mengakibatkan aktivitas KBM di madrasah tersebut lumpuh total. Tidak hanya itu, kondisi lembab yang di akibatkan hujan deras yang mengguyur wilayah Lebak dalam beberapa sepekan ini, kerap memunculkan adanya wabah penyakit. Seperti yang terjadi di Kampung Kongsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung. Dalam pemberitaan di media Banten Raya edisi 4 Aril 2012 terangkum berita yang memuat tentang adanya 21 warga Kampung Kongsen yang terserang chikungunya. Mengetahui hal tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak langsung melakukan upaya fogging atau pengasapan untuk mengantisipasi adanya penyebaran wabah penyakit tersebut. Begitu juga dengan yang diberitakan oleh media Kabar Banten edisi 5 April 2012 yang berjudul “Warga Sekampung Terjangkit Chikungunya” diterbitkan sehari setelah pemberitaan isu chikungunya oleh Banten Raya beredar.

Petugas Dinkes Kabupaten Lebak melakukan fogging ke sejumlah rumah warga di Kampung Kongsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung Sumber foto: Harir Baldan/Banten Raya
Saya sempat kaget ketika membaca judul artikel yang dilayangkan media Kabar Banten edisi 5 April 2012 yakni “Warga Sekampung Terjangkit Chikungunya”. Ketika membaca kata “sekampung”, gambaran saya langsung merujuk kepada “seluruh kampung”. Timbul satu pertanyaan dari saya. “apa iya sudah separah itu?”. Karena menurut informasi yang saya peroleh dari media Banten Raya edisi 4 April 2012, yang terjangkit wabah chikungunya hanya 21 orang, bukan warga sekampung. Setelah saya membaca seluruh konten/isi artikel tersebut, ternyata yang diberitakan dalam isi artikel tidak sama dengan apa yang dituliskan dalam judul artikel, hanya ada 23 orang yang terjangkit chikungunya. Memang pemberian judul sangat berperan penting untuk menggiring pembaca agar menelusuri isi berita yang disampaikan. Tapi alangkah baiknya jika judul tersebut sesuai dengan apa yang diberitakan.

Selama sepekan pamantauan, rasanya saya kurang mendapatkan informasi yang lebih khususnya untuk di wilayah kabupaten Lebak. Mungkin karena minimnya pemberitaan seputar tentang Lebak, atau mungkin karena memang para wartawannya yang tidak mampu membuat berita. Membaca bagaimana kedua media memberitakan isu wabah chikungunya menyerang warga Kampung Konsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung. Saya melihat ada perbedaan jumlah orang yang terjangkit wabah chikungunya. Dalam hal ini, sebagai pemantau saya mulai ragu dan mempertanyakan tentang keakuratan dan kinerja para wartawan di lapangan.

Senin, 02 April 2012

Tomcat Hanyalah Sekedar Isu, Bukan Masalah


Data yang saya peroleh selama seminggu pemantauan terhadap media Baraya post dan Kabar Banten (26 Maret – 1 April 2012), isu good governance masih menjadi pemberitaan yang paling banyak di beritakan dengan 58,67% dari 121 total berita. sedangkan untuk isu kriminalitas adalah 19,83% dan isu lingkungan hidup adalah 19,008%.

Hasil amatan pada media Baraya Pos dan Kabar Banten menunjukan adanya dominasi isu rencana kenaikan BBM. Pemberitaan tersebut kerap muncul ditiap-tiap edisi. Kisaran jumlah rata-rata empat sampai lima artikel termuat dalam sajian headline ataupun dalam rubrik-rubrik. Demonstrasi menolak rencana kenaikan BBM menjadi pemberitaan paling laris pada kedua media.

Sejumlah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat (ulama, buruh dan mahasiswa) seperti sudah menjadi hiasan media. Padahal, esensi beritanya kurang lebih sama. Menolak kebijakan pemerintah atas rencana kenaikan BBM. Kolom-kolom pemberitaan mencoba merangkum bentuk penolakan dari sudut pandang berbeda. Tak jarang, bentuk aksi-aksi penolakan tersebut kerap diwarnai dengan situasi kisruh dan rusuh.

Porsi pemberitaan kemungkinan dampak dari rencana kenaikan BBM lebih dominan. Aksi tersebut menjadi sorotan penting para pewarta daerah. Hampir setiap berita selalu saja menyelipkan masyarakat miskin. Masyarakat miskin yang mana? Bukankah negara ini sudah miskin dari dulu. Faktanya Negara ini belum bisa lepas dari ketergantungan pihak asing.

Ditengah merebaknya isu tentang rencana kenaikan BBM. Wabah Tomcat juga tak kalah hangatnya jadi bahan perbincangan sejumlah kalangan masyarakat. Pasalnya, persebaran racun yang dibawa serangga kecil ini diduga dapat mengakibatkan gatal-gatal dan pembengkakan pada muka. Menurut pemberitaan yang beredar. Wabah ini sudah mulai menjalar ke sejumlah kota-kota di Provinsi Banten. Seperti di daerah Serang, Tangerang, Pandeglang dan Rangkasbitung.


Sementara itu, untuk di daerah Kabupaten Lebak sendiri dalam sepekan ini, sudah ada dua kasus yang ditemukan terkait adanya persebaran wabah serangga tomcat, yakni dalam media Kabar Banten edisi 27 Maret 2012 yang berjudul Tomcat Serang Warga Aweh dan edisi 30 Maret 2012 yang berjudul Heboh Tomcat Meluas ke Maja. Lain halnya dengan media Baraya Post, selama sepekan ini tidak ditemukan artikel berita yang memuat adanya persebaran tomcat di Kabuapten Lebak.

Pembacaan berita isu serangan tomcat, khususnya untuk media Kabar Banten. Hampir dalam setiap pemberitaannya, tidak hanya terjadi di Lebak, melainkan juga di beberapa kota seperti Tangerang dan Serang. Kecenderungan wartawan dalam menguraikan isi pemberitaan seputar isu tersebut, selalu mengarah kepada dampak wabah yang ditimbulkan dari racun tomcat, yakni dapat mengakibatkan gatal-gatal, melepuh, dan bahkan bisa menyebabkan pembengkakan pada muka. Hal ini, dikhawatirkan akan menjadi pemicu adanya kepanikan warga. Padahal, jauh sebelum isu ini beredar sebagian petani memanfaatkan tomcat sebagai pembasmi hama. Dengan kata lain, tomcat hanyalah sekedar isu, bukan masalah.