Data yang diperoleh dari hasil
pemantauan terhadap media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya (2–8 April
2012), menunjukan adanya dominasi isu good
governance dengan 46,31%, dan isu lingkungan hidup 42,10%. Kemudian isu kriminalitas 7,36%. Sisanya yaitu isu HAM dan isu perempuan/dan atau anak diperoleh hasil yang sama, yakni 2,10% dari
95 total keseluruhan isu yang terhimpun. Sekedar pemberitahuan, mulai dari tanggal
3 April 2012, media Baraya Post kini sudah beralih nama menjadi Banten Raya.
Hujan deras yang terjadi di Kota
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak dalam beberapa hari sepekan ini, banyak
memunculkan persoalan baru dalam isu lingkungan kali ini. Diberitakan dalam
media Kabar Banten dan Banten Raya edisi 7 April 2012, seputar madrasah yang
diterjang tumpukan tanah longsor. Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa
tersebut, namun sebagian bangunan dari Madrasah Diniyah Alawiyah yang terletak
di Kampung Kandangsapi, Desa Mekarjaya mengalami rusak berat. Sehingga,
mengakibatkan aktivitas KBM di madrasah tersebut lumpuh total. Tidak hanya itu,
kondisi lembab yang di akibatkan hujan deras yang mengguyur wilayah Lebak dalam
beberapa sepekan ini, kerap memunculkan adanya wabah penyakit. Seperti yang
terjadi di Kampung Kongsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung. Dalam
pemberitaan di media Banten Raya edisi 4 Aril 2012 terangkum berita yang memuat
tentang adanya 21 warga Kampung Kongsen yang terserang chikungunya. Mengetahui
hal tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak langsung melakukan upaya fogging
atau pengasapan untuk mengantisipasi adanya penyebaran wabah penyakit tersebut.
Begitu juga dengan yang diberitakan oleh media Kabar Banten edisi 5 April 2012
yang berjudul “Warga Sekampung Terjangkit Chikungunya” diterbitkan sehari
setelah pemberitaan isu chikungunya oleh Banten Raya beredar.
Petugas Dinkes Kabupaten Lebak melakukan fogging ke sejumlah rumah warga di Kampung Kongsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung Sumber foto: Harir Baldan/Banten Raya |
Saya sempat kaget ketika membaca
judul artikel yang dilayangkan media Kabar Banten edisi 5 April 2012 yakni
“Warga Sekampung Terjangkit Chikungunya”. Ketika membaca kata “sekampung”, gambaran
saya langsung merujuk kepada “seluruh kampung”. Timbul satu pertanyaan dari
saya. “apa iya sudah separah itu?”. Karena menurut informasi yang saya peroleh
dari media Banten Raya edisi 4 April 2012, yang terjangkit wabah chikungunya
hanya 21 orang, bukan warga sekampung. Setelah saya membaca seluruh konten/isi
artikel tersebut, ternyata yang diberitakan dalam isi artikel tidak sama dengan
apa yang dituliskan dalam judul artikel, hanya ada 23 orang yang terjangkit
chikungunya. Memang pemberian judul sangat berperan penting untuk menggiring
pembaca agar menelusuri isi berita yang disampaikan. Tapi alangkah baiknya jika
judul tersebut sesuai dengan apa yang diberitakan.
Selama sepekan pamantauan, rasanya saya kurang
mendapatkan informasi yang lebih khususnya untuk di wilayah kabupaten Lebak.
Mungkin karena minimnya pemberitaan seputar tentang Lebak, atau mungkin karena memang para wartawannya yang tidak mampu membuat berita. Membaca bagaimana kedua
media memberitakan isu wabah chikungunya menyerang warga Kampung Konsen,
Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung. Saya melihat ada perbedaan jumlah
orang yang terjangkit wabah chikungunya. Dalam hal ini, sebagai pemantau saya mulai
ragu dan mempertanyakan tentang keakuratan dan kinerja para wartawan di
lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar