Minggu, 13 Mei 2012

JB Dilaporkan ke Kemendagri



Data yang berhasil terkumpul dalam rekapitulasi tabel matriks selama sepekan pemantauan terhadap media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya mencapai 130 total berita dengan masing-masing perolehan yakni isu good governance 56,153%, isu criminal 24,615%, isu lingkungan 14,615%, isu perempuan dan/atau anak 3,076% dan isu HAM 1,538%.

Sepekan ini pemberitaan terkait isu good governance khususnya untuk  daerah Kabupaten Lebak, nampak memperlihatkan panasnya situasi politik pra-pemilukada Lebak 2013. Meski pemilukada terbilang masih lama, namun sejumlah masyarakat nampaknya sudah mulai menentukan arah dukungan kepada bakal calon Bupati dan Wakil Bupati yang diusung oleh masing-masing partai ataupun independen.



Dalam media surat Kabar Banten edisi 25 April 2012 yang berjudul “JB Dorong Iti Menuju Balonbup”, kerap menuai banyak kritikan dari sejumlah kalangan elit politik dan pemerhati social dan pemerintahan serta kalangan ormas. Pasalnya, dalam isi pemberitaan tersebut Bupati Lebak H.Mulayadi Jayabaya menyatakan mendorong H. Iti Octavia Jayabaya yang tidak lain adalah putrinya sendiri untuk maju pada pemilukada di hadapan kaum ibu yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW) pada peringatan hari Kartini ke-133 di Aula terbuka Pendopo Lebak, Selasa (24/4). Tidak hanya itu, Bupati juga diduga telah memobilisasi aparatur pemerintah, dan para kepala desa untuk mendukung Hj. Iti Octavia Jayabaya untuk maju sebagai calon bupati Lebak pada 9 April 2013 saat ada acara para kepala desa dikumpulkan di Aula BP2KBMPD Pemkab Lebak.Hal ini tak pelak menimbulkan kecaman dari sejumlah organisasi massa (ormas) mahasiswa, dan generasi muda NU yang mengklaim Bupati H.Mulyadi Jayabaya mulai tidak netral dan sudah melanggar aturan, dan norma negara. Imam Solehudin selaku tokoh masyarakat dan pemerhati social dan pemerintahan yang mengantongi bukti pelanggaran berupa dokumen tentang adanya mobilisasi politik tersebut mengatakan akan melaporkan Mulyadi Jayabaya ke Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gunawan Fauzi, Banten Raya edisi 26 April 2012.

Selama sekitar dua bulan lebih pemantau melakukan pemantauan terhadap dua media lokal Banten yakni Kabar Banten dan Banten Raya, isu good governance nampak jadi sorotan  utama pewarta dalam pelayangan pemberitaan. Itu terlihat dari bagaimana isu good governance kerap mendominasi dalam setiap edarannya.

Buat media lokal Banten Raya dengan jumlah enam belas halaman yang tersedia, seharusnya media ini sudah cukup ideal untuk menjadi sebuah wadah informasi bagi masyarakat. Namun, jika melihat bagaimana dari pemberitaan-pemberitaan di setiap halamannya, saya rasa media Banten Raya kurang bisa memanfaatkan dari enam belas jumlah halaman tersebut. Terlebih dengan banyaknya pemberitaan yang hanya mengulas seputar profil tokoh-tokoh dengan perilaku khusus.

Rabu, 25 April 2012

Meninggal Sebelum UN



Data yang terkumpul dalam pemantauan pemberitaan terhadap media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya dalam sepekan ini (16 - 22 April 2012) adalah 179 berita. Dari total berita tersebut didapat hasil isu good governance 54,189%, isu kriminalitas 18,435%, isu lingkungan hidup 19,553%, isu perempuan/dan atau anak 7,821%.
Terkait dengan pemberitaan isu good governance, pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SLTA sederajat yang dilaksanankan, Senin 16 - 19 April 2012 kemarin, menjadi isu yang paling hangat dan menjadi focus pembemberitaan dalam beberapa hari sepekan ini. Tercatat dari tanggal 16 hingga 18, kedua media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya nampak meletakan porsi pemberitaan seputar ujian nasional (UN) di halaman depan (headline).

Informasi yang saya peroleh dari kedua media lokal Kabar Banten dan Banten Raya, selama dalam proses pelakasanaan ujian nasional (UN) yang dilaksanakan di sejumlah kota/kabupaten di sekitar Provinsi Banten tanggal 16 – 19 April kemarin, sempat ditemukan beberapa persoalan dalam pelaksanaan ujian Nasional (UN). Mulai dari isu beredarnya kunci jawaban soal ujian nasional (UN) melalui pesan singkat atau short message service (SMS) dan blackberry messenger (BBM), banyaknya peserta UN yang tidak hadir saat pelaksanaan dengan alasan mengundurkan diri, sakit, dan meninggal dunia, serta polemik seputar tentang boleh atau tidaknya siswi hamil untuk mengikuti ujian nasional.

Dikutip dari: Media Kabar Banten
Sementara itu, pelaksanaan UN di tingkat SMA/SMK/MA untuk di daerah Kabupaten Lebak sendiri tercatat ada 60 siswa yang tidak mengikuti UN (Kabar Banten edisi 20 April 2012). Untuk jenjang SMA jumlah terbanyak yakni 27 siswa dengan rincian 23 tanpa keterangan, dua siswa dinyatakan meninggal dunia dan dua siswa sakit. Sementara pada jenjang SMK siswa yang tidak mengikuti UN sebanyak 23 siswa dengan perincian 22 siswa tanpa keterangan dan satu siswa dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan pada jenjang MA siswa yang batal menempuh UN sebanyal 10 orang dengan perincian tujuh siswa tanpa keterangan, satu siswa dinyatakan meninggal dunia dan dua siswa mengalami sakit. Sekretaris pelaksana UN Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Ibnu Wahidin mengatakan, “sebagian besar siswa yang tidak menempuh UN ini dinyatakan sudah mengundurkan diri”.

Membaca bagaimana pemberitaan itu dilayangkan, rasanya ada yang aneh dengan isi pemberitaan tersebut. Bertepatan dengan diadakannya rutinitas tahunan yakni ujian nasional (UN), bersamaan itu pula banyak orang yang meninggal dunia. Rata-rata orang yang meninggal tersebut adalah seorang pelajar yang hendak mengikuti UN. Ironisnya, hampir di setiap jenjang sekolah tingkat SLTA ditemukan ada yang meninggal dunia. Bagi pemantau ini adalah sesuatu yang sangat aneh dan terkesan mendadak. Disamping itu, persoalan tentang sejumlah siswa yang tidak bisa hadir dalam pelaksanaan UN yang dinyatakan sudah mengundurkan diri. Terlintas ini seperti adanya suatu keputusan sepihak yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang jelas sangat memberatkan siswa yang tidak hadir, tanpa terlebih dahulu mencari solusi ataupun sebab dari ketidakhadiran siswa tersebut. Selama sepekan pemantauan tidak ditemukan perilaku menyimpang dari media. 

Rabu, 18 April 2012

Banjir Kampung Muhara Lebak, 14 Januari 2012

Belum Lima Menit



Data yang berhasil terkumpul dalam pemantauan terhadap dua media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya pada pecan ini (9 – 15 April 2012), yakni isu good governance 42,465%, isu lingkungan 39,041%, isu criminal 14,383%, dan isu perempuan/dan atau anak 4,109%  dari 146 total berita. Dari hasil perolehan tersebut, nampak terlihat isu good governance masih menjadi yang palig dominan dalam media pemberitaan. Sementara untuk pemberitaan isu HAM pada minggu ini absen alias tidak ada.

Lebak kota kecil yang tumbuh bersamaan dengan pestanya pemasaran kendaraan dalam bentuk iklan kredit murah, tak bisa lagi dilihat sebagai bentuk kemajuan atau kemunduran. Lebak yang memiliki wilayah yang sangat luas membutuhkan alat transportasi massal bukan pribadi. Namun apa daya, keinginan hasrat  yang tinggi masyarakat akan kendaraan roda dua ini sudah tidak bisa di bendung lagi. Itu dapat terlihat dari, hampir setiap kepala keluarga yang saya jumpai memiliki alat transportasi kendaraan roda dua. Mulai dari kalangan bawah, menengah, hingga kalangan atas. Namun, dibalik merebaknya sirkulasi pasar motor roda dua tersebut, ternyata kerap memunculkan dampak yang tajam pada persoalan kriminalitas di masyarakat. Khususnya untuk kasus pencurian kendaraan bermotor.

Dalam media pemberitaan Kabar Banten edisi 9 April 2012 yang berjudul “ Tiga Menit Ditinggal, Motor Raib”. Dalam artikel tersebut diberitakan seorang warga Malingping M.Mahrus (16) menjadi korban pencurian kendaraan bermotor. Motor kesayangannya yang di simpan di halaman rumahnya raib. Padahal, belum lima menit atau tepatnya sekitar tiga menit korban berada dalam rumah. Begitu pula dengan pemberitaan dalam media Banten Raya, edisi 14 April 2012 tentang penangkapan sepuluh tersangka curanmor oleh polda Banten. Dalam hal ini, Polda Banten melalui Ditreskrimum berhasil menyita sepuluh kendaraan hasil curian.

Dikutip dari: Kabar Banten Edisi 9 April 2012
Memang akhir-akhir ini, Lebak sedang berada dalam situasi rawan kemalingan atau pencurian. Entah itu kendaraan bermotor ataupun barang berharga lainnya yang dianggap memiliki nilai jual. Untuk itu, saya berharap  Kabar Banten ataupun Banten Raya bisa terus menjadi media informasi yang menumbuhkan kewaspadaan pada masyarakat terhadap dampak kriminalitas. Selama sepekan pemantauan tidak ditemukan perilaku menyimpang dari media.

Rabu, 11 April 2012

Warga Kampung Kongsen Terjangkit Chikungunya



Data yang diperoleh dari hasil pemantauan terhadap media lokal Banten, Kabar Banten dan Banten Raya (2–8 April 2012), menunjukan adanya dominasi isu good governance dengan 46,31%, dan isu lingkungan hidup 42,10%. Kemudian isu kriminalitas 7,36%. Sisanya yaitu isu HAM dan isu perempuan/dan atau anak diperoleh hasil yang sama, yakni 2,10% dari 95 total keseluruhan isu yang terhimpun. Sekedar pemberitahuan, mulai dari tanggal 3 April 2012, media Baraya Post kini sudah beralih nama menjadi Banten Raya.

Hujan deras yang terjadi di Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak dalam beberapa hari sepekan ini, banyak memunculkan persoalan baru dalam isu lingkungan kali ini. Diberitakan dalam media Kabar Banten dan Banten Raya edisi 7 April 2012, seputar madrasah yang diterjang tumpukan tanah longsor. Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun sebagian bangunan dari Madrasah Diniyah Alawiyah yang terletak di Kampung Kandangsapi, Desa Mekarjaya mengalami rusak berat. Sehingga, mengakibatkan aktivitas KBM di madrasah tersebut lumpuh total. Tidak hanya itu, kondisi lembab yang di akibatkan hujan deras yang mengguyur wilayah Lebak dalam beberapa sepekan ini, kerap memunculkan adanya wabah penyakit. Seperti yang terjadi di Kampung Kongsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung. Dalam pemberitaan di media Banten Raya edisi 4 Aril 2012 terangkum berita yang memuat tentang adanya 21 warga Kampung Kongsen yang terserang chikungunya. Mengetahui hal tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak langsung melakukan upaya fogging atau pengasapan untuk mengantisipasi adanya penyebaran wabah penyakit tersebut. Begitu juga dengan yang diberitakan oleh media Kabar Banten edisi 5 April 2012 yang berjudul “Warga Sekampung Terjangkit Chikungunya” diterbitkan sehari setelah pemberitaan isu chikungunya oleh Banten Raya beredar.

Petugas Dinkes Kabupaten Lebak melakukan fogging ke sejumlah rumah warga di Kampung Kongsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung Sumber foto: Harir Baldan/Banten Raya
Saya sempat kaget ketika membaca judul artikel yang dilayangkan media Kabar Banten edisi 5 April 2012 yakni “Warga Sekampung Terjangkit Chikungunya”. Ketika membaca kata “sekampung”, gambaran saya langsung merujuk kepada “seluruh kampung”. Timbul satu pertanyaan dari saya. “apa iya sudah separah itu?”. Karena menurut informasi yang saya peroleh dari media Banten Raya edisi 4 April 2012, yang terjangkit wabah chikungunya hanya 21 orang, bukan warga sekampung. Setelah saya membaca seluruh konten/isi artikel tersebut, ternyata yang diberitakan dalam isi artikel tidak sama dengan apa yang dituliskan dalam judul artikel, hanya ada 23 orang yang terjangkit chikungunya. Memang pemberian judul sangat berperan penting untuk menggiring pembaca agar menelusuri isi berita yang disampaikan. Tapi alangkah baiknya jika judul tersebut sesuai dengan apa yang diberitakan.

Selama sepekan pamantauan, rasanya saya kurang mendapatkan informasi yang lebih khususnya untuk di wilayah kabupaten Lebak. Mungkin karena minimnya pemberitaan seputar tentang Lebak, atau mungkin karena memang para wartawannya yang tidak mampu membuat berita. Membaca bagaimana kedua media memberitakan isu wabah chikungunya menyerang warga Kampung Konsen, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung. Saya melihat ada perbedaan jumlah orang yang terjangkit wabah chikungunya. Dalam hal ini, sebagai pemantau saya mulai ragu dan mempertanyakan tentang keakuratan dan kinerja para wartawan di lapangan.

Senin, 02 April 2012

Tomcat Hanyalah Sekedar Isu, Bukan Masalah


Data yang saya peroleh selama seminggu pemantauan terhadap media Baraya post dan Kabar Banten (26 Maret – 1 April 2012), isu good governance masih menjadi pemberitaan yang paling banyak di beritakan dengan 58,67% dari 121 total berita. sedangkan untuk isu kriminalitas adalah 19,83% dan isu lingkungan hidup adalah 19,008%.

Hasil amatan pada media Baraya Pos dan Kabar Banten menunjukan adanya dominasi isu rencana kenaikan BBM. Pemberitaan tersebut kerap muncul ditiap-tiap edisi. Kisaran jumlah rata-rata empat sampai lima artikel termuat dalam sajian headline ataupun dalam rubrik-rubrik. Demonstrasi menolak rencana kenaikan BBM menjadi pemberitaan paling laris pada kedua media.

Sejumlah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat (ulama, buruh dan mahasiswa) seperti sudah menjadi hiasan media. Padahal, esensi beritanya kurang lebih sama. Menolak kebijakan pemerintah atas rencana kenaikan BBM. Kolom-kolom pemberitaan mencoba merangkum bentuk penolakan dari sudut pandang berbeda. Tak jarang, bentuk aksi-aksi penolakan tersebut kerap diwarnai dengan situasi kisruh dan rusuh.

Porsi pemberitaan kemungkinan dampak dari rencana kenaikan BBM lebih dominan. Aksi tersebut menjadi sorotan penting para pewarta daerah. Hampir setiap berita selalu saja menyelipkan masyarakat miskin. Masyarakat miskin yang mana? Bukankah negara ini sudah miskin dari dulu. Faktanya Negara ini belum bisa lepas dari ketergantungan pihak asing.

Ditengah merebaknya isu tentang rencana kenaikan BBM. Wabah Tomcat juga tak kalah hangatnya jadi bahan perbincangan sejumlah kalangan masyarakat. Pasalnya, persebaran racun yang dibawa serangga kecil ini diduga dapat mengakibatkan gatal-gatal dan pembengkakan pada muka. Menurut pemberitaan yang beredar. Wabah ini sudah mulai menjalar ke sejumlah kota-kota di Provinsi Banten. Seperti di daerah Serang, Tangerang, Pandeglang dan Rangkasbitung.


Sementara itu, untuk di daerah Kabupaten Lebak sendiri dalam sepekan ini, sudah ada dua kasus yang ditemukan terkait adanya persebaran wabah serangga tomcat, yakni dalam media Kabar Banten edisi 27 Maret 2012 yang berjudul Tomcat Serang Warga Aweh dan edisi 30 Maret 2012 yang berjudul Heboh Tomcat Meluas ke Maja. Lain halnya dengan media Baraya Post, selama sepekan ini tidak ditemukan artikel berita yang memuat adanya persebaran tomcat di Kabuapten Lebak.

Pembacaan berita isu serangan tomcat, khususnya untuk media Kabar Banten. Hampir dalam setiap pemberitaannya, tidak hanya terjadi di Lebak, melainkan juga di beberapa kota seperti Tangerang dan Serang. Kecenderungan wartawan dalam menguraikan isi pemberitaan seputar isu tersebut, selalu mengarah kepada dampak wabah yang ditimbulkan dari racun tomcat, yakni dapat mengakibatkan gatal-gatal, melepuh, dan bahkan bisa menyebabkan pembengkakan pada muka. Hal ini, dikhawatirkan akan menjadi pemicu adanya kepanikan warga. Padahal, jauh sebelum isu ini beredar sebagian petani memanfaatkan tomcat sebagai pembasmi hama. Dengan kata lain, tomcat hanyalah sekedar isu, bukan masalah. 

Senin, 26 Maret 2012

Kembalikan Aparat Kepolisian ke Khitahnya



Pantauan terhadap dua media lokal Banten, Baraya Post dan Kabar Banten minggu lau (19-25 Maret 2012), pemberitaan tentang sejumlah aksi demo massa seputar penolakan kenaikan harga BBM masih menjadi pembahasan utama dalam isu good governance dengan 66 (55,93%) dari 118 berita. Data yang saya peroleh pada minggu ini terkait isu kriminal, nampak aparat kepolisian  mulai disibukkan dengan aksi kejahatan (kriminal) yang dilakukan oleh para pelaku tindak kriminal yang akhir-akhir ini sedang marak terjadi, mulai dari penggunaan narkoba, perampokan, hingga perilaku tindak kekerasan dengan 22 (18,64%) artikel berita.  Sementara itu, jumlah perolehan pemberitaan tentang isu lingkungan pada pekan ini menunjukan hasil yang sama dengan isu kriminal, yakni 22 (18,64%) artikel berita, sisanya yaitu tentang isu perempuan dan/atau anak  5,08%  dan ham 1,7% artikel berita.

(Kabar Banten, 24 Maret 2012)

Terkait dengan aksi pelecehan seksual yang baru-baru ini terjadi, sempat membuat geger dan menjadi buah bibir perbincangan warga Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Pasalnya, aksi pelecehan seksual tersebut diduga dilakukan oleh salah satu anggota aparat kepolisian terhadap seorang anak yang masih terbilang balita. Perbuatan itu terbongkar setelah anak yang berinisial F korban pelecehan seksual itu mengeluhkan rasa sakit pada kemaluannya setiap buang air kecil kepada ibunya. Mengetahui hal itu, ibu korban Indriyani,  sempat merasa khawatir dan menanyakan berulang kali penyebab rasa sakit pada kemaluan anaknya. Awalnya, anak tersebut tidak berani berterus terang. Namun, setelah bapaknya menanyakan berulang kali, akhirnya anak tersebut mengaku kemaluannya telah digesek-gesek berulang-ulang oleh pelaku yang diketahui adalah seorang anggota kepolisian berpangkat Bripda yang berinisial RP. Mendengar pengakuan tersebut, kedua orangtua korban langsung meminta bantuan kepada aparat yang berujung pada musyawarah  yang menghasilkan kesepakatan. Salah satu hasil dari kesepakatan tersebut yaitu pelaku berjanji memenuhi permohonan keluarga korban dengan mengganti kerugian Rp 100 juta
.
Bila saya amati dari apa yang diberitakan, rasanya akan menjadi aneh sebagai orang (tersangka) yang mengerti hukum, perbuatan asusila yang dilakukan oleh oknum polisi ini jelas sangat bertentangan dengan fungsi utama polisi pada umumnya. Seharusnya, tugas utama sebagai seorang polisi itu adalah mengayomi, melayani dan memberikan perlindungan kepada masyarakat serta sebagai penegak hukum. Akan tetapi, dalam pemberitaan kali ini, saya malahan melihat polisi adalah sebagai orang yang melanggar hukum. Hal ini, jelas akan menimbulkan persepsi buruk tentang penilaian masyarakat terhadap polisi. Bahkan, bisa mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan masyarakat kepada polisi. Dalam hal ini, sadar tak sadar tersangka sudah mengabaikan fungsi utamanya sebagai polisi.

Berdasarkan hasil pemantauan selama sepekan ini, baik Baraya Post maupun Kabar Banten, isu good governance masih menjadi sorotan utama wartawan dalam penyajian sebuah berita. Sementara untuk pemberitaan isu-isu yang lain, khususnya untuk isu ham hampir nyaris tidak ada. Tidak ditemukan perilaku menyimpang dari wartawan dalam pemantauan kali ini.

Minggu, 25 Maret 2012

Loe, Gue End



Hasil amatan dua media lokal Banten, Baraya Post dan Kabar Banten dalam sepekan ini (5 Maret – 11 Maret 2012), masih menunjukan pencapaian yang sama dengan minggu lalu. Meski quota pemberitaannya sedikit agak menurun, namun isu good governance masih menjadi yang terfavorit disajikan oleh Baraya Post dan Kabar Banten. Dari 150 total berita, isu good governance menjadi yang paling dominan diberitakan dengan jumlah 85 (56,67%) artikel, kemudian disusul dengan isu lingkungan hidup 33 (22%) artikel, lalu kriminal 13 (8,67%)artikel, perempuan dan/atau anak 11 (7,33%)artikel dan yang paling terendah adalah HAM 8 (5,33%) artikel.

Sumber foto: Baraya Post 
Polemik seputar rencana pemerintah yang akan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM)pada awal bulan April ini, kerap menjadi isu yang paling hingar-bingar banyak dibicarakan baik di wilayah lokal maupun nasional dalam media pemberitan lokal Banten yakni Baraya Post dan Kabar Banten pada pekan ini. Mulai dari aksi demo yang dilakukan oleh para organisasi mahasiswa yang tergabung dalam suatu forum atau komunitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan organisasi lainnya yang menolak keras terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai sangat tidak bijak dengan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Hingga , memunculkan pemberitaan opini publik dari berbagai kalangan tentang dampak yang akan ditimbulkan dari rencana pemerintah yang akan menaikan harga bahan minyak (BBM) tersebut. Semua pemberitaan itu tersaji dalam headline ataupun halaman lain.

Dari serentetan pemberitaan yang dilancarkan oleh media, dalam hal ini Baraya Post dan Kabar Banten, ada beberapa artikel yang menarik perhatian saya, yaitu seputar tentang perjuangan masyarakat Lebak Selatan (Baksel) yang menginginkan adanya pemekaran tentang pembentukan  daerah otonomi baru (DOB) Kabupaten Cilangkahan yang meliputi 10 kecamatan, yang sampai saat ini belum terealisasi. Berbagai upaya negoisasi dengan Bupati Lebak sudah dilakukan oleh masyarakat Cilangkahan. Namun sepertinya, sampai saat ini belum ada tanda-tanda inisiatif dari Bupati Lebak H.Mulyadi Jayabaya untuk melepaskan Cilangkahan sebagai kabupaten baru. Nampak, rasa keprihatinan dan kekecewaan  mulai menghinggapi masyarakat Cilangkahan. Sehingga mencuat klaim dari masyarakat Cilangkahan, bahwa Bupati Mulyadi Jayabaya adalah satu-satunya faktor terhambatnya pembentukan daerah otonomi baru (DOB) Kabupaten Cilangkahan. Hingga masyarakat Cilangkahan mendeklarasikan sebuah pernyataan yang menyatakan *saat ini, rakyat dibelahan bumi Cilangkahan menyatakan satu komando tidak akan lagi mendukung sikap politik H.Mulyadi Jayabaya selaku Bupati Lebak hingga akhir masa jabatannya, (Kabar Banten, 7 Maret 2012). Di lain pihak, pengamat politik Idi Dimyati menyesalkan sikap Jayabaya yang belum juga menyetujui Kabupaten Cilangakahan. Menurut dia, “ Jayabaya enggan menyetujui Kabupaten Cilangkahan karena ada kepentingan politik menjelang Pemilukada 2013 mendatang,”(Baraya Post, 8 Maret 2012).

Sumber foto: http://mediabisnis.wordpress.com/2011/05/08/cilangkahan-adalah-perjuangan/ 
“Kami akan keras mendukung calon Bupati Lebak 2013, yang betul-betul peduli dan berjuang ikhlas pemekaran Kabupaten Lebak. Lihat saja nanti tanggal mainnya, akan kemanakah dukungan rakyat Cilangkahan dialirkan.” (Kabar Banten, 7 maret 2012)

Jika saya amati dari penggalan kutipan diatas, nampak rakyat bumi Cilangkahan sangat bersikeras memperjuangkan pembentukan daerah otonomi baru (DOB) Kabupaten Cilangkahan. Bahkan, untuk merealisasikan keinginan itu, rakyat Cilangkahan rela membuka ruang politik bagi publik yang mau memperjuangkan pembentukan Kabupaten Cilangkahan, terkait dengan Pemilukada Lebak 2013 mendatang. Jika masalah ini dibiarkan berlarut-berlarut, rencana pembentukan Kabupaten Cilangkahan dikhawatirkan hanya akan dijadikan ajang eksploitasi oleh golongan-golongan tertentu sebagai komoditas politik.

Melihat bagaimana media baik Baraya Post maupun Kabar Banten melayangkan pemberitaan perihal pemekaran Kabupaten Cilangkahan, kedua media lokal Banten tersebut secara tidak langsung sudah memberikan penekanan secara emosional terhadap Jayabaya sebagai individu yang terpojokkan, baik oleh desakan-desakan warga Cilangkahan maupun oleh sejumlah pemberitaan di media, terkait pembentukan daerah otonomi baru (DOB) Kabupaten Cilangkahan. Ada sedikit yang mengganggu mata dan pikiran saya ketika membaca penggalan kutipan  diatas (Kabar Banten, 7 maret 2012), seakan memunculkan kesan media seperti sedang memberikan promosi kepada para calon bupati pada pelaksanaan Pemilukada Lebak 2013 mendatang.

Sejauh amatan yang saya lakukan pada dua media lokal Banten, yaitu Baraya Post dan Kabar Banten. Kebergantungan media terhadap isu good governance sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Itu terlihat dari dominasi pemberitaan lebih banyak dari isu-isu lain (Ham,Kriminal,Perempuan dan/atau anak) yang relatif masih sangat sedikit. 

Sabtu, 24 Maret 2012

Jelang Pemilukada Kabupaten Lebak 2013



Dari hasil pantauan  dua media lokal Banten dalam sepekan ini (27 Februari-4 Maret 2012), yakni Kabar Banten dan Baraya Post, isu good governance masih menjadi isu yang paling dominan terbanyak diberitakan, yakni  99 berita  (55,61 %) dari total 178berita. Kemudian disusul dengan isu lingkungan hidup sebanyak 40 berita (22,47 %), lalu isu kriminal sebanyak 23 berita (12,92 %) berita. sedang yangmenempati ditingkat paling bawah yaitu isu perempuan dan/atau anak sebanyak 14 berita (7,86%) dan  ham sebanyak 2 berita (1,12%) berita.

Terkait dengan isu good governance yang banyak diberitakan oleh dua media lokal di Banten, baik Kabar Banten maupun Baraya Post, khususnya untuk pemberitaan isu lokal di Kabupaten Lebak, dalam hal ini pemilihan kepala daerah (Pemilukada) menjadi sesuatu yang hangat diberitakan. Seperti apa yang sudah dilayangkan oleh media, nampak sejumlah bakal calon bupati dan wakil bupati mulai bermunculan, baik ada yang dari kalangan anggota parpol maupun dari kalangan para pengusaha, seperti  H.Ade Sumardi (PDIP), H.Suparman SH MSi (Golkar), Sanuji SP (PKS), dan Hj.Iti Oktavia Jayabaya (Demokrat). Adapun untuk di kalangan para pengusahanya yaitu H.Sumantri Jayabaya, H.Irja, dan H.Tusnurochmat.Tersebut dikabarkan akan ikut meramaikan pemilukada yang akan dilaksanakan 2013 mendatang.

Pemangku adat kasepuhan Cisitu, Kec. Cibeber, Kab. Lebak, H.Okri (kiri) berfoto bersama dengan H.Tusnurochmat (kanan) Sumber foto: Dini Hidayat/Kabar Banten 

Meski pemilihan bupati masih relatif jauh, tampaknya dari masing-masing bakal calon sudah mengambil ancang-ancang. Hal itu dapat terlihat dari beberapa pemberitaan di media tentang bagaimana para pendukung dari masing-masing bakal calon memaparkan tentang sosok pemimpin ideal yang kelak akan bisa membawa perubahan bagi Kabupaten Lebak. Sebut saja H.Tusnurochmat seorang pengusaha asal Lebak yang dikabarkan akan maju pada perhelatan  perebutan kursi Lebak 1 yang akan digelar 2013 mendatang, dalam beberapa waktu lalu, beliau menyempatkan diri untuk berkunjung ke Lebak Selatan (Baksel) untuk menemui H.Okri Kasepuhan Cisitu, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Adapun maksud dari kedatangan H.Tusnurochmat yaitu untuk bersilahturahmi dan sekalian meminta restu terkait tentang pencalonannya pada pilbub nanti. Dalam hal ini, H.Okri menuturkan “Terkait kedatangan tamu,yang bersilaturahim untuk meminta saran dan pendapat kepada kami (Kasepuhan Cisitu-red) dalam Pilbup Lebak yang akan di gelar 2013, kami setuju untuk menjadi bakal calon. Karena selain merupakan orang pertama yang bersilaturahim dan mau melakukan sharing bagaimana seharusnya pemimpin Lebak kedepan juga merakyat,”(Kabar Banten, 27 Februari 2012).

Sebagai orang yang hidup ditengah-tengah masyarakat Lebak, saya melihat bahwa kemampuan memilih pemimpin dari masyarakat masih sangat lemah, masyarakat masih belum bisa mengikis nuansa pragmatis dalam pelaksanaan pemilukada. Sistem politik yang dibangun (dengan kekuatan finansial) seakan menciptakan situasi dimana, masyarakat tidak mempunyai banyak pilihan, sehingga menimbulkan kesan memilih karena terpaksa. Seharusnya para media bisa lebih memperhatikan hal yang seperti ini, agar bisa meyakinkan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya tanpa harus terpengarui oleh intervensi dari pihak lain dalam bentuk apapun.

Jika melihat dari frekuensi pemberitaan tentang pemilukada di Lebak dalam sepekan ini, tercatat media lokal Kabar Banten tetap konsisten selalu menyelipkan beberapa artikel seputar perkembangan pemilukada Lebak di beberapa edarannya. Berbeda dengan Baraya Post, jika pada minggu-minggu yang lalu gencar memberitakan seputar pemilukada Lebak, untuk pekan ini tercatat mulai mengalami penurunan menurun. Sehingga masyarakat kurang begitu mendapatkan banyak informasi yang lebih mendetail tentang perkembangan pemilukada Lebak yang akan dilaksanankan 2013 mendatang. 

Jumat, 23 Maret 2012

Ekspansi Waralaba



Minggu lalu (20 – 26 Februari 2012), good governance adalah isu yang paling banyak diberitakan di dua media lokal Banten yakni, Kabar Banten dan Baraya Post dengan jumlah 53 berita dari 112 jumlah total berita.Menyusul dengan isu lingkungan hidup dan isu perempuan dan/ atau anak menempati urutan kedua dan ketiga. Sementara itu, untuk isu ham dan kriminalitas menempati urutan keempat dan kelima, itu pun jumlahnya masih sangat minim.

Berbagai aneka jenis barang yang dijajakan di sebuah minimarket, nampak tersusun rapi  
Terkait dengan isu good governance, dari sekian headline dan rubrik yang sering kali banyak memberitakan  tentang berita-berita politik dan korupsi. Ada satu berita yang menarik perhatian saya, meskipun frekuensi pemuatan pemberitaannya tidak terlalu banyak yaitu, tentang maraknya pembangunan waralaba yang kian tak terkendali disejumlah kota-kota di Provinsi Banten. Bahkan, pertumbuhan waralaba atau yang biasa kita kenal dengan minimarket, kini sudah mulai masuk ke perdesaan. Tentu saja ini menjadi suatu masalah serius yang harus diperhatikan oleh pemerintah setempat, karena dianggap berpotensi dapat menggusur para pedagang kecil. Disisi lain dengan adanya pusat perbelanjaan minimarket itu dapat menghidupkan perekonomian, namun di lain pihak menjadi simalakama bagi pedagang kecil. Dengan alasan pertimbangan lebih ekonomis dan higienis, masyarakat akan lebih memilih berbelanja ke minimarket ketimbang pergi ke warung sekitar. Karena dari kebanyakan barang-barang yang dijual di warung seperti sabun, shampoo, makanan ringan dan kebutuhan sehari-hari lainnya juga dijual di minimarket. Malahan, minimarket lebih variatif dalam menjual dagangannya, sehingga masyarakat lebih mempunyai banyak pilihan ketika berbelanja. Dengan kondisi yang seperti ini, tentunya para pengusaha kecil yang hanya dengan bermodalkan kecil-kecilan lama-lama akan mengalami kebangkrutan, karena barang yang dijual tidak laku. Dalam menyikapi hal ini, Bupati Kabupaten Lebak H. Mulyadi Jayabaya meminta kepada seluruh para pemilik modal yang hendak mendirikan minimarket, itu wajib mengantongi izin dari warga sekitar. Pemerintah tidak akan mengeluarkan izin pendirian bangunan apabila belum menempuh izin dari masyarakat sekitar, “tegas Bupati Jayabaya kepada  media lokal Kabar Banten.

Sejauh ini, pemberitaan dari kedua media lokal Banten: Kabar Banten dan Baraya Post edisi (20-26 Februari 2012) masih terpaku kepada isu good governance. Terutama tentang berita-berita politik dan korupsi. Seharusnya, kedua media baik Kabar Banten maupun Baraya Post bisa lebih jeli dalam memilih  berita yang akan diwartakan. Supaya berita yang di konsumsi tidak hanya sekedar menjadi suatu informasi tetapi juga bisa menjadi sarana pendidikan bagi masyarakat.

Berdasarkan dari hasil pantauan selama seminggu ini (20-26 Februari). Masih banyak ditemukannya kekeliruan dalam menyampaikan suatu berita oleh media dan lagi-lagi kesalahan penulisan dalam suatu artikel masih sering terjadi.

Kamis, 22 Maret 2012

Korupsi ‘Borok’ Lama yang Belum Terobati



Berdasarkan dari hasil pemantauan dalam satu minggu ini (13 – 18 Februari 2012) terhadap media lokal Banten, yakni Kabar Banten dan Baraya Post, Good Governance menjadi salah satu isu yang paling banyak diberitakan yaitu 54 berita dari 118 jumlah total berita. Dari kedua media harian tersebut, berita-berita yang disajikan nyaris sama. Hanya penempatan berita  headline saja yang berbeda.

Massa yang tergabung dalam LSM Aliansi Banten (ABM) bersama Satuan Tugas Benteng Rakyat Banten (BRB) berunjuk rasa didepan kantor Kejati Banten. Sumber foto: Tb Moch Ibnu Rushd/Kabar Banten 
Keseriusan Pemerintah Provinsi Banten terhadap pemberantasan korupsi dinilai seperti setengah-setengah. Bagaimana tidak, sampai detik ini kasus tindak pidana korupsi yang banyak dilakukan oleh kalangan para elit politik, sudah semakin marak terjadi. Hampir di semua jajaran pemerintahan baik itu Pemerintahan Daerah (Pemda) ataupun Pemerintah Pusat, tidak lepas dari yang namanya korupsi. Tak jarang, dari sekian banyaknya kasus-kasus korupsi yang terjadi, banyak ditemui kemandekan atau mengendap di Kejaksaan Tinggi (Kejati). Salah satunya adalah yang akhir-akhir ini sedang hangat diberitakan yaitu *Puluhan orang yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aliansi Banten Menggugat (ABM) bersama satuan tugas Benteng Rakyat Banten (BRB) berunjuk rasa didepan kantor Kejati Banten. Mereka mendesak Kejati Banten menuntaskan dugaan kasus-kasus korupsi yang mengendap di kejaksaan (*Kabar Banten, Jumat 17 Februari 2012). Belum lagi disusul dengan pemberitaan dugaan kasus penyelewengan Kredit Peduli Lebak juga sempat tersiar di media harian Kabar Banten, namun masih dalam proses penyelidikan Kejaksaan Negeri (Kejari) Rangkasbitung. Dalam hal ini, Kejaksaan Negeri (Kejari) mendapat apresiasi penuh  dari sejumlah elemen masyarakat terhadap langkah Kejari yang melakukan peninjauan kembali terkait dugaan penyelewengan Kredit Peduli Lebak (KPL) yang bersumber dari APBD Lebak tahun 2006 lalu.

Pengendara mobil menghindari jalan yang mengalami pecah-pecah di jalan poros Desa Harumsari-Pasirhaur. Sumber foto: Harir/Baraya Post 

Sejauh ini, ketanggapan para wartawan baik Kabar Banten maupun Baraya Post dalam sepekan ini masih terfokus pada isu Good Governance. Terutama untuk masalah kasus korupsi. Padahal jika merujuk kepada persoalan lokal yang ada, isu Lingkungan Hidup jauh lebih penting untuk diberitakan. Seperti yang terjadi di Desa Harumsari-Pasirhaur, Kabupaten Lebak. Meski jalannya sudah rusak parah, namun warga sekitar tetap saja menggunakan jalur tersebut. Dengan kondisi seperti itu, tentu saja potensi kecelakaan akan sangat besar terjadi.

Berdasarkan dari hasil pantauan selama satu minggu, korupsi sepertinya sudah menjadi bahasa sehari-hari bagi kalangan media. Hampir di setiap edisi, media lokal Banten menempatkan isu korupsi di halaman depan atau headline. Melihat bagaimana cara penyampaiannya media lokal Banten belumlah baik. Masih banyak kesalahan-kesalahan penulisan yang ditemui dalam pemberitaan. 

Rabu, 21 Maret 2012

Katakan tidak, Untuk Kenaikan BBM



Hasil pemantauan dua media lokal Banten, yakni Baraya Post dan Kabar Banten pada pekan lalu (12-18 Maret 2012), kisruh seputar kenaikan harga BBM menjadi sorotan utama wartawan dan menjadi penyumbang berita terbanyak dalam amatan isu good governance kali ini dengan  67 berita (52,34%) dari 128 total berita.  Berbeda dengan minggu-minggu yang lalu, maraknya aksi kejahatan yang akhir-akhir ini sering terjadi kali ini, menempatkan isu kriminal di urutan kedua dengan 24 berita (18,75%), disusul isu lingkungan hidup 20 berita (15,62%). Sisanya isu perempuan dan/atau anak 10 berita (7,8) dan isu ham dengan 7 berita (5,4%).

Rencana pemerintah pusat untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang hanya tinggal menghitung hari, nampaknya akan sangat memukul masyarakat Indonesia pada umumnya. Bagaimana tidak, dengan naiknya harga BBM, otomatis harga-harga bahan pokok dan harga lainnya akan ikut melambung. Dengan kondisi ini, jelas akan membuat masyarakat Indonesia terutama yang bagi mereka yang berpenghasilan minim, akan merasa sangat terpukul. Hal itu, tak pelak menimbulkan reaksi keras dari sejumlah kalangan masyarakat. Itu dapat terlihat dari banyaknya pemberitaan di media yang melayangkan berita tentang sejumlah aksi demo yang dilakukan oleh para aktivis maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan para ormas-ormas lainnya yang menetang keras terkait dengan kenaikan harga BBM tersebut.

Puluhan mahasiswa dari berbagai elemen kemahasiswaan menggelar aksi penolakan rencana kenaikan harga BBM di depan gedung DPRD Lebak, Senin (12/3) Sumber foto: Endang Mulyana/Kabar Ban
Untuk di daerah Kabupaten Lebak sendiri, menurut pantauan terhadap media lokal Baraya Post dan Kabar Banten. Nampak, dalam beberapa hari ini di depan kantor Gedung DPRD Kabupaten Lebak tak pernah sepi dari aksi para pengunjuk rasa. Dalam seminggu ini,terhitung sudah tiga kali aksi demo yang dilakukan oleh sejumlah aktivis mahasiswa yakni Imala, Kumala, Embun, HMI, GMNI, PMII, Fakrab, Geram, IMC, dan AMLS. Rata-rata, motif dari kegiatan aksi demo dari masing-masing aliansi tersebut hampir sama, yakni menolak kenaikan harga BBM dan menuntut SBY-Boediono untuk segera lengser dari tambuk pemerintahan. Bahkan, mereka mendesak para anggota DPRD Kabupaten Lebak untuk mengajukan penolakan rencana kenaikan harga BBM ke Pemerintah Pusat di Provinsi Banten, karena dinilai hanya akan menyengsarakan rakyat kecil. “Kenaikan ini merupakan malapetaka besar bagi rakyat. Kenaikan ini sama dengan membuat lubang kematian bagi rakyatnya sendiri. Pemerintah berdalih atas politik Iran. Padahal, ini adalah perintah negeri-negeri imperialis,” seru Agus Hidar perwakilan dari Embun, (Baraya Post 13 Maret 2012). Namun, sepertinya belum ada reaksi yang berarti dari para anggota DPRD Kabupaten Lebak. Merasa  tidak puas, salah seorang mahasiswa dari PMII yang tidak disebutkan namanya sempat melontarkan perkataan, “Anggota DPRD mandul. Kalian tidak bisa berbuat apa-apa. Kalian hanya enak dengan fasilitas yang sudah kalian dapatkan. Sementara rakayat kecil semakin miskin. Akan semakin menderita bila kenaikan ini tidak ditolak,” (Baraya Post, 13 Maret 2012).Dari serangkaian aksi demo penolakan kenaikan BBM yang terjadi di Kabuapten Lebak ini, seakan memperlihatkan realitas betapa buruknya sistem pemerintahan yang ada di Indonesia.

Massa dari Aliansi Mahasiswa Lebak Selatan (AMLS), berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Lebak, Rabu (14/3), menolak rencana kenaikan harga BBM, dan mendesak SBY lengser dari jabatan Presiden Sumber foto: Endang Mulyana/Kabar Banten 
Sementara itu, kabar yang saya peroleh dari media lokal Kabar Banten edisi 16 Maret 2012 menyebutkan, bahwa saat ini Pemerintah Provinsi Banten sudah menyiapkan empat opsi dalam mengantisipasi dampak kenaikan BBM, yaitu bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM), mempercepat penyaluran raskin ke 13 dan 14, memberikan bantuan beasiswa kepada siswa miskin, dan subsidi untuk angkutan umum. Tak ayal, dari opsi yang diberikan Pemprov Banten kerap menuai kritikan pedas dari para pemerhati kebijakan. Dahnil Anzar Pengamat ekonomi Untirta mengatakan, empat opsi atau skema program kompensasi BBM hanya sekedar “obat penenang”. Setelah itu, masyarakat tetap dihadapkan pada inflasi yang tinggi.

Berdasarkan hasil amatan saya, baik Baraya Post maupun Kabar Banten, sejauh ini sudah cukup kritis dalam menanggapi permasalahan kenaikan harga BBM yang kerap membuat masyarakat resah, khususnya untuk di daerah Kabupaten Lebak yang notabene mayoritas penduduknya adalah orang-orang miskin. Tapi sayang, nampaknya para wartawan agak sedikit terjebak dengan isu tersebut, pemberitaan yang diwartakan terkesan berputar-putar, isinya masih itu-itu saja. Selama satu minggu memantau tidak dtemukan perilaku yang menyimpang dari media.